5.25.2005

Berbaik Sangka Kepada Allah

Sikap berbaik sangka terhadap qadha dan qodhar Alloh adalah sikap yang harus dimiliki oleh orang yang beriman. Dan kita harus tahu makna dibalik itu semua.

Pertama, yakinlah bahwa ujian yang terjadi semuanya adalah kehendak Alloh. Itu suatu tanda bahwa Alloh-lah yang berhak untuk membangun, atau menghancurkan semua ciptaan-Nya.

Kedua, yakinlah bahwa Alloh Maha Suci dari perbuatan dzalim terhadap hamba-Nya. Dengan kasih-Nya, dibalik kepahitan terhimpun kasih sayang yang senantiasa memancar.

Ketiga, yakinlah bahwa setiap keputusan dan ketetapan sudah diukur. Dia Maha Tahu kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh makhluk-Nya sehingga Dia tidak akan mencelakainya.

Keempat, yakinlah bahwa setiap ujian ada akhirnya. Dunia ini fana. Dan setiap ujian menjadi sinyal bahwa apa yang kita miliki di dunia tidak akan abadi, semuanya akan sirna.

Kelima, yakinlah bahwa ujian yang melimpah akan mendatangkan hikmah yang teramat dalam. Percayalah ketika Alloh memberikan ujian, Alloh juga sudah mempersiapkan keberuntungan kepada hamba-Nya yang diuji tadi.

Dan kita harus yakin bahwa ujian yang Alloh berikan tidak lain hanyalah untuk kebaikan hamba-Nya. Jangan resah dengan ujian yang menimpa dan jangan mengeluh dengan kegetiran yang bertubi-tubi, karena sesungguhnya Alloh jika mencintai suatu kaum maka Alloh akan mengujinya.

Yakni barang siapa rela dengan ujian itu maka dia akan memperoleh ridha-Nya, dan barang siapa membenci ujian yang datang kepadanya, maka akan memperoleh murka-Nya.

Saudaraku, pupuklah sikap berbaik sangka kepada Alloh dan yakinlah bahwa dibalik ujian ada hikmah yang sudah Alloh persiapkan.

~Buletin DT by Aa Gym~

5.13.2005

Pygmalion

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan tetangganya. Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini." Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya." Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung, patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion berkata, "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu." Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul.

Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk menggambarkan dampak pola berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,

* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.

* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia betul-betul menjadi cerdas.

* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan tergenapi, baik positif maupun negatif.

* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.

* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur, akhirnya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

*Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain. Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada kita, jelas itu adalah perbuatan baik.

Tetapi jika kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah. "Yang rugi dari pola pikir seperti itu adalah diri kita sendiri. Kita menjadi mudah curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."........Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai.

* Kalau kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah. Kacamata yang berprasangka atau benci akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kacamata yang damai akan menjadikan hidup kita damai. Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.

Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain. Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan. Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti Pygmalion, begitulah.

MAKE SURE YOU ARE PYGMALION and the world will be filled with positive people only............how nice

~source : Pygmalion~

5.05.2005

Kisah Kupu-kupu

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu......
Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati
dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia
berjuang dengan memaksa dirinya melewati
lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu
berhenti membuat kemajuan.

Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan
dia tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya.
Dia mengambil sebuah gunting dan memotong
sisa kekangan dari kepompong itu.

Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya.
Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil,
sayap-sayap mengkerut.

Orang tersebut terus mengamatinya karena dia
berharap bahwa, pada suatu saat, sayap - sayap itu
akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang
tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring
dengan berjalannya waktu....

Semuanya tak pernah terjadi......
Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya
merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan
sayap-sayap mengkerut. Dia tidak pernah bisa terbang....

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang
tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat
dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati
lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari
tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian
sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh
kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita
perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita
hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru
akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang
semestinya yang dibutuhkan untuk menopang
cita-cita dan harapan yang kita mintakan.

Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang"
Sesungguhnya Tuhan itu
Maha Pengasih dan maha Penyayang.

Kita memohon Kekuatan...
Dan Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan
untuk membuat kita tegar.

Kita memohon kebijakan...
Dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan hidup
untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.

Kita memohon kemakmuran...
Dan Tuhan memberi kita Otak dan Tenaga
untuk dipergunakan sepenuhnya
dalam mencapai kemakmuran.

Kita memohon Keteguhan Hati...
Dan Tuhan memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.

Kita memohon Cinta...
Dan Tuhan memberi kita orang-orang bermasalah
untuk diselamatkan dan dicintai.

Kita memohon Kemurahan Kebaikan Hati...
Dan Tuhan memberi kita kesempatan- kesempatan
yang silih berganti.

Begitulah cara Tuhan membimbing Kita...

Apakah jika kita tidak memperoleh yang saya inginkan,
berarti bahwa kita tidak mendapatkan segala yang kita butuhkan?
Kadang Tuhan tidak memberikan yang kita minta,
tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita,
kebanyakan kita tidak mengerti, mengenal, bahkan
tidak mau menerima rencana Tuhan,
padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.

5.03.2005

Meningkatkan Kualitas Keyakinan Diri

oleh: KH Abdullah Gymnastiar


"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya telah Aku haramkan kepada-Ku untuk berbuat zalim, dan mengharamkan pula kepada kalian perbuatan zalim. Karena itu, janganlah kalian saling menganiaya diri kalian. Wahai hamba-Ku, kalian seluruhnya sesat kecuali orang yang telah Aku beri hidayah. Karena itu, mintalah petunjuk kepada-Ku, niscaya kalian akan Aku beri petunjuk, dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa saja jika kita yakin memintanya, tanpa sedikit pun keraguan dalam dirinya." (HR Muslim, Ibnu Hibban, dan Hakim). Banyak orang yang tidak menyadari bahwa ia sedang menzalimi diri dan penciptanya; Allah Azza wa Jalla. Ia terus meminta kesuksesan dan kebahagiaan dalam hidup, tanpa disertai keyakinan bahwa Allah akan memberikan apa yang dimintanya.

Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Seorang hamba yang yakin akan pertolongan Allah, maka dengan sangat meyakinkan pula Allah akan menolongnya. Seorang hamba yang yakin bahwa doanya akan dikabulkan, maka Allah akan mengabulkan doa-doanya tersebut lebih dari yang ia minta.

Andaikan seorang ragu akan pertolongan Allah, dan lebih yakin akan kemampuan diri atau pertolongan makhluk, maka yakinlah bahwa hidup orang tersebut akan penuh dengan kekecewaan. Siapa saja yang hidupnya ingin selalu dilindungi dan dimudahkan semua urusannya, namun ia tak pernah bersungguh-sungguh meningkatkan mutu keyakinannya pada Allah, maka keinginannya tersebut hanya angan-angan belaka.

Bagaimana cara kita meningkatkan keyakinan diri? Ada tiga tahapan yang harus kita lewati dalam usaha meningkatkan kualitas keyakinan diri. Pertama, 'ilmul yaqin. Yaitu meyakini segala sesuatu berdasarkan ilmu atau pengetahuan. Misal, di Makah ada Kabah. Kita percaya saja karena teorinya seperti itu.

Kedua, 'ainul yaqin. Yaitu keyakinan yang timbul karena kita telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Orang yang telah menunaikan ibadah haji sangat yakin bahwa Kabah itu ada karena ia telah melihatnya. Keyakinan karena melihat, kualitasnya akan lebih baik dibandingkan dengan keyakinan karena ilmu.

Ketiga adalah haqqul yaqin. Orang yang telah haqqul yakin akan memiliki keyakinan yang dalam dan terbukti kebenarannya. Orang yang telah merasakan nikmatnya thawaf, berdoa di Multazam, merasakan ijabahnya doa, akan memiliki keyakinan yang jauh lebih mendalam dari dua keyakinan sebelumnya. Inilah tingkat keyakinan tertinggi yang akan sulit diruntuhkan dan dicabut dari hati orang yang memilikinya.

Cara meningkatkan kualitas keyakinan diri, sejatinya harus melalui proses dan tahapan-tahapan, mulai dari 'ilmul yaqin, 'ainul yaqin, hingga haqqul yakin.


Mengenal tingkat keyakinan diri

Semua yang ada di dunia ini adalah milik Allah. Maka, rugilah orang-orang yang hatinya bergantung pada selain Allah. Yakinlah, bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Mengatur segalanya. Sayangnya, kita sering mengatakan bahwa Allah itu Mahakaya, tapi kita sering takut tidak mendapatkan rezeki. Kita tahu bahwa Allah itu Maha Menentukan segala sesuatu, yang Menciptakan manusia berpasang-pasangan, tapi kita sering risau tidak mendapatkan pasangan hidup. Bila demikian, kita masih berada dalam tingkat 'ainul yaqin dan belum sampai ke tingkat haqqul yaqin.

Mengapa ada orang yang keluar dari Islam (murtad)? Sebabnya, keyakinan yang ia miliki baru sebatas 'ilmul yaqin; sebatas tahu. Ternyata, yakin kepada Allah hanya sebatas ilmu tidak cukup untuk membuat kita istikamah. Keyakinan kita harus benar-benar meresap ke dalam sanubari. Cahaya keyakinan yang tersimpan di dalam hati seorang hamba ternyata datang dari khazanah kegaiban Allah Azza wa Jalla. Alam semesta ini terang benderang karena cahaya dari benda-benda langit yang diciptakan-Nya. Sedangkan cahaya yang menerangi hati manusia berasal dari cahaya Ilahi.

Ibnu Atha'illah dalam Hikam bertutur, "Nur yang tersimpan di dalam hati, datang dari cahaya yang langsung dari khazanah-khazanah kegaiban. Nur yang memancar dari panca indramu berasal dari ciptaan Allah; dan cahaya yang memancar dari hatimu berasal dari sifat-sifat Allah".

Dengan demikian, keterbukaan hati dalam menerima cahaya inilah yang harus selalu kita jaga. Mulailah kita usahakan untuk selalu dapat mengenal hikmah di balik setiap kejadian. Jangan hanya melihat setiap kejadian dengan mata lahir saja, tapi gunakan mata hati kita. Namun, mata hati tidak akan berfungsi dengan baik, kalau selalu dikotori dengan kemaksiatan dan dosa.

Wallahu a'lam bish-shawab.

~sumber : www.mifta.org~