8.25.2005

Tanda Kebaikan

"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat" (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).

Penjelasan:
Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun marah. Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. Pasca kejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ''Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi baik''. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.

Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, ''Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya''. Kecintaan Allah kepada hamba-Nya di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah.

Musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat dilihat dari empat perspektif. Yang pertama, sebagai ujian dari Allah. Kedua, sebagai tadzkirah atau peringatan dari Allah kepada manusia atas dasar sifat Rahman-Nya. Ketiga, sebagai adzab bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun kafirin. Kalau ia menemui kematian dalam musibah tersebut, maka ia mati dalam keadaan tidak diridhai Allah. Dalam konteks hadis ini, musibah --biasanya sesuatu yang menyakitkan-- dapat dilihat sebagai ujian.

Pada hakikatnya ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah pada hamba-hambaNya yang beriman. Allah SWT 'tidak rela' menimpakan adzab yang tidak terperi sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia menggantinya dengan adzab dunia yang 'sangat ringan'. Dalam perspektif seperti ini, musibah berfungsi sebagai penggugur dosa-dosa.

Jadi, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan padanya bisa semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah. Orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Ujian mereka sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub AS. Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar.

Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para shalihin dan para ulama. Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian yang ringan kepada orang-orang awam, termasuk kita di dalamnya. Yang pasti, ketika setelah seseorang mengikrarkan diri beriman, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya. Dalam Alquran tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).
Wallahu a'lam bish-shawab.

~Manajemen Qalbu, www.rebuplika.co.id~

Kosong

Image hosted by Photobucket.com

8.11.2005

Belajar Mencintai Seseorang Yang Tidak Sempurna Dengan Cara Yang Sempurna

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai
Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat
Itulah kesempatan.
Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik
Itu bukan pilihan, itu kesempatan.
Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan
Itu pun adalah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut
Bahkan dengan segala kekurangannya
Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan.
Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi
Itu adalah pilihan.
Bahkan ketika kita menyadari
bahwa masih banyak orang lain yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya
daripada pasanganmu
Dan tetap memilih untuk mencintainya
Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik
Datang bagai kesempatan pada kita.
Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan.
Pilihan yang kita lakukan.
Berbicara tentang pasangan jiwa
Ada suatu kutipan dari film yang mungkin sangat tepat :
"Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil"
Pasangan jiwa bisa benar-benar ada.
Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang yang diciptakan hanya untukmu.
Tetapi tetap berpulang padamu untuk melakukan pilihan
apakah engkau ingin melakukan sesuatu untuk mendapatkannya,
atau tidak...

Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita,
Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita,
Adalah pilihan yang harus kita lakukan.
Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai
TETAPI
untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.

~anonymous~

8.06.2005

Dia adalah engkau, sayangku!

“Sayang, aku cinta kamu...”
Itulah sepenggal sms Dani kepada Nanda. Serasa indah hari ini bagi Nanda. Wanita mana yang tak merasa bahagia jika mendapat kata-kata sayang. Apalagi jika diucapkannya dalam nuansa yang romantis. Duuh, serasa dunia milik berdua. Usia muda memang adalah masa-masa yang indah, terutama bagi mereka yang sedang memadu kasih. Kamus mereka penuh berisi kata-kata cinta, sayang, rindu dan pujian. Terasa kangen berat jika sehari saja tidak bertemu sang pujaan hati. Asalkan engkau ada di dekatku, meski badai menerjang, gunung tinggi pun sanggup kudaki. Wuiih semuanya indaaah gitu lho!

Lihat juga percakapan antara Fatimah binti Rasulullah Saw dengan Sayyidina Ali. Suatu hari Fatimah berkata kepada Ali, "Wahai kekasihku, sesunguhnya aku pernah menyukai seorang pemuda ketika aku masih gadis dulu." "O ya," tanggap Sayidina Ali dengan wajah sedikit memerah. "Siapakah lelaki terhormat itu, dinda?" "Lelaki itu adalah engkau, sayangku," jawabnya sambil tersipu, membuat sayidina Ali tersenyum dan semakin mencintai isterinya.

Percakapan romantis dalam keluarga mungkin menjadi biasa bagi pasangan suami isteri. Bayangan-bayangan indah sebelum menikah menjadi nyata bagi mereka. Kata-kata pujian terucap tulus kepada suami dan isteri tercinta. Tiada lagi yang dapat disembunyikan dan semuanya semata hanya mengharap ridha Allah.

Hubungan keluarga akan langgeng jika diniatkan untuk ibadah kepada Allah. Mencintai pasangan perlu dilakukan dengan tulus demi mengharap ridha-Nya. Perlu komitmen untuk menjaga hubungan keluarga tetap utuh. Pria dan wanita memang diciptakan berbeda. Seperti sepasang sandal, keduanya saling melengkapi. Meski berbeda keduanya justeru nampak lebih serasi. Terasa aneh jika memakai kiri atau kanan semua.

“…dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (An Nisa’: 19)

Setelah menikah adanya ketidakcocokan pasangan pasti akan muncul. Gambaran pasangan yang dikenal sebelum menikah tidak akan tetap ideal. Terimalah pasangan kita apa adanya. Apakah jika tidak cocok lagi hubungan keluarga harus berhenti. Tidak. Yang penting bukan mencari kecocokan tapi saling melengkapi. Dan yang lebih penting di antara itu semua adalah niat karena Allah.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita, keluarga, dan saudara-saudara kita.
Amin.