9.18.2005

Untuk Hari Ini Saja

Selamat Pagi...
Ketika bangun, sudahkah kita menyiapkan diri untuk menggunakan sebaik-baiknya waktu hari ini. Ambillah manfaat hari yang dua puluh empat jam ini dengan berbuat baik. Jangan sia-siakan nikmat hari ini. Sapalah saudaramu dengan hangat, berilah sedekah meski dengan senyuman.

Jangan bersedih membayangkan hal-hal yang telah berlalu kemarin. Karena tiada kekuatan kita untuk kembali ke masa lalu. Jangan pula khawatir tentang sesuatu yang belum terjadi esok. Jangan biarkan bayang-bayang hari esok terus mengahantui. Karena kita tidak ada pengetahuan tentangnya. Hari esok masih misteri, masih ghaib.

hiduplah untuk hari ini
berilah salam kepada sang fajar
anggap hari kemarin sebuah mimpi
dan hari esok hanyalah bayangan


jika hari ini Anda hidup bahagia
maka akan terasa hari kemarin
sebagai mimpi yang indah
dan, setiap hari esok
adalah bayangan yang penuh harapan

9.13.2005

Memilih Teman, Memilih Masa Depan

( KH Abdullah Gymnastiar )

Berkawan seorang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, jauh lebih baik daripada dengan berkawan seorang 'alim yang selalu memperturutkan hawa nafsunya." (Ibnu Atha'illah)

Memilih teman sama artinya dengan memilih masa depan. Memilih teman sama artinya dengan memilih perilaku. Memilih teman sama artinya dengan memilih kualitas ilmu. Maka, siapa pun yang ingin masa depannya cerah, perilakunya menawan hati, serta luas ilmu dan wawasannya, maka ia harus sangat pandai memilih teman.

Kita akan sulit berkembang bila sehari-hari kita bergaul dengan orang-orang malas. Kita pun akan sulit meraih kemuliaan akhlak, bila sehari-hari kita bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya. Maka, tinggi rendahnya kualitas seorang manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas orang yang menjadi temannya.

Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang itu adalah menurut agama sahabat (karib)nya. Karena itu, ada baiknya seseorang dari kamu meneliti dulu siapa yang akan dijadikan sahabatnya" (HR Abu Dawud dan At-Turmudzi).

Orang seperti apa yang layak kita jadikan teman dekat? Yang pertama dan utama adalah orang yang baik akhlaknya dan mampu mengendalikan hawa nafsunya. Bahkan, Imam Ibnu Atha'illah dalam kitab Hikam mengatakan, "Berteman seorang bodoh yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, jauh lebih baik daripada dengan berkawan seorang 'alim yang selalu memperturutkan nafsunya". Mengapa? Orang berilmu tapi memperturutkan hawa nafsu, biasanya akan membenarkan kemaksiatan yang dilakukannya dengan dalil-dalil Alquran dan hadis. Dikhawatirkan, lambat laun kita pun akan membenarkan kemaksiatan tersebut hanya karena bersandar pada dalil-dalil.

Saudaraku, bahaya terbesar dalam hidup adalah diperbudak nafsu. Tidak ada artinya limpahan harta, tinggi jabatan, banyaknya pengikut, tampannya rupa, atau luasnya ilmu, bila kita diperbudak nafsu. Saat diperbudak nafsu, semua yang kita miliki akan digunakan untuk memuaskan nafsu tersebut.

...

Idealnya kita berteman dengan orang-orang yang kualitasnya jauh lebih baik, sehingga kita tidak merasa paling pintar dan paling saleh. Justeru kita akan merasa paling kurang. Saat berteman dengan orang-orang yang berkualitas, biasanya kita akan terangsang dan termotivasi untuk belajar dan mengejar ketertinggalan. Karena itu ada yang mengatakan, kalau kita ingin menjadi ulama maka bergaulah dengan ulama; ingin menjadi pedagang, maka bergaullah dengan para pedagang; ingin menjadi seniman, maka bergaulah dengan seniman.

Saudaraku, setiap hari masalah yang kita hadapi akan semakin berat dan kompleks. Kita akan terpuruk bila banyaknya masalah tidak diimbangi dengan peningkatan kemampuan diri untuk menyelesaikannya. Maka, rugi bila dalam sehari kita tidak bertemu dengan orang yang lebih baik dari kita. Rugi karena kita tidak mendapat ilmu, wawasan, dan semangat baru. Dan celaka bila kita menjauh dan memusuhi orang-orang yang lebih baik dari kita.
Wallahu a'lam

~http://www.republika.co.id~

9.09.2005

Di Balik Musibah Mungkin Ada Kebaikan

Dari Abi Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang Allah inginkan kebaikan atasnya maka akan diberinya musibah." (HR Bukhari)


Fawaid

  1. Musibah yang Allah turunkan kepada seseorang tidak selalu menjadi pertanda keburukan, malah bisa jadi merupakan pertanda kebaikan.
  2. Setiap orang baik yang mukmin atau yang kafir mungkin saja mendapatkan musibah.
  3. Di antara bentuk kebaikan dari diberinya musibah kepada seseorang adalah dihapuskannya dosa-dosa di dunia atas musibah yang diterimanya, sehingga di akhirat tidak perlu disiksa lagi.

Musibah dan Ujian sebagai Penghapus Dosa

Dari Anas bin Malik r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Manakala Allah SWT menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, maka dipercepatlah hukuman untuknya di dunia. Dan manakala Allah SWT menghendaki keburukan pada hamba-Nya, maka dosanya ditunda untuk disiksa pada hari kiamat." (HR Tirmizy dengan sanad hasan shahih).

Butir-butir Hikmah:

  1. Sabar atas musibah dan penyakit bagi seorang mukmin akan menjadi pembersih dari dosa.
  2. Di antara wujud kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya adalah dengan jalan memberinya ujian di dunia ini.
  3. Seorang hamba yang baik hendaknya ridha atas ujian dari Allah SWT tanpa putus asa atau murka saat menerimanya.

~www.eramuslim.com~

9.08.2005

Hikmah Kematian

“The Lessons from Death” HARUN YAHYA

Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?

Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.

Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.

Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:

Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)

Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.

Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.

Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.

Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.

Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.

Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.

Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?

Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting.

Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.

Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.

Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:

Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)

Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.

~http://www.harunyahya.com/indo/artikel/042.htm~

9.03.2005

Cita-Cita Tinggal Harapan

Membaca cerita kehidupan artis ini kadang mengasyikkan sekali. Tiap hari gosip atau berita tentang mereka bermunculan di media cetak dan televisi. Namanya juga artis, kehidupan mereka selalu menjadi sorotan publik. Mereka terkenal karena kecantikan/ketampanan lalu popular melalui lakonan drama atau film yang mereka mainkan. Atau karena suara merdunya lewat senandung lagu cinta yang mereka dendangkan. Berita mereka tak habis-habisnya. Kadang dipuji bahkan kadang pula dicaci.

Jika dikaji lebih jauh, kehidupan mereka jauh dari kenyataan ideal. Ibaratnya seperti kisah kehidupan drama asmara di televisi. Kisah percintaan yang biasanya mudah ditebak akhir ceritanya, happy ending. Tetapi apakah cerita tersebut selalu mewarnai kehidupan mereka, belum tentu. Ataukah cerita tersebut hanya merupakan khayalan sutradara saja.

Akhir-akhir ini lagi nge-trend yang namanya perceraian di kalangan artis. Sepertinya mudah saja bagi mereka mengakhiri bahtera rumah tangga. Bahkan ada yang baru enam bulan menikah kemudian bercerai. Ada yang beralasan, ”jika tidak ada kecocokan lagi, buat apa mesti dilanjutkan keluarga ini”. Atau ada lagi,” setelah menikah aku jadi tahu keburukan dan kebusukan dia, jauh seperti sosok dia saat pacaran dulu”. Terdengar nada penyesalan dari pernyataan-pernyataan itu.

Terbayang saat mereka belum menikah, tentu betapa besarnya rasa cinta di antara mereka. Cita-citanya ingin membangun rumah tangga yang bahagia. Alasan mungkin karena dua-duanya sudah saling cocok. Ada yang karena telah lama saling mengenal pasangan melalui pacaran kemudian memutuskan untuk menikah.

Bayangan tentang pasangan sebelum menikah tak sepenuhnya mirip dengan realitas yang dihadapi setelah pernikahan. Jika kemudian harapan itu sulit diwujudkan akan timbul kekecewaan. Kekecewaan memunculkan hilangnya kepercayaan dan sulit berkomunikasi dan pada akhirnya merasa benar sendiri. Ini merupakan faktor timbulnya keretakan, yang pada akhirnya memutuskan bahwa perceraian adalah jalan yang lebih baik baginya.

Hadapi Dunia Ini Apa Adanya!

Kondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, banyak warna. Semua itu bercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan hidup. Dan Anda adalah bagian dari dunia yang berada dalam kesukaran.

Anda tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, isteri, kawan, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yang padanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan. Bahkan, kadangkala justru pada setiap hal itu terdapat sesuatu yang buruk dan tidak Anda sukai. Maka dari itu, padamkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itu dengan dinginnya kebaikan yang ada padanya. Itu kalau Anda mau selamat dengan adil dan bijaksana. Pasalnya, betapapun setiap luka ada harganya.

Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenis yang saling bertolak belakang, dua kubu yang saling berseberangan, dan dua pendapat yang saling beseberangan; yang baik dengan yang buruk, kebaikan dengan kerusakan, kebahagiaan dengan kesedihan. Dan setelah itu, Allah akan mengumpulkan semua yang baik, kebagusan dan kebahagiaan itu di surga. Adapun yang buruk, kerusakan dan kesedihan akan dikumpulkan di neraka. ”Dunia ini terlaknat, dan terlaknat semua yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah dan semua yang berkaitan dengannya, semua yang ‘alim dan seorang yang belajar,” begitu hadist berkata.

Maka jalanilah hidup ini sesuai dengan kenyataan yang ada, jangan larut dalam khayalan dan jangan pernah menerawang ke alam imajinasi. Hadapi kehidupan ini apa adanya; kendalikan jiwa Anda untuk dapat menerima dan menikmatinya! Bagaimanapun, tidak mungkin semua teman tulus kepada Anda dan semua perkara sempurna di mata Anda. Sebab, ketulusan dan kesempurnaan itu ciri dan sifat kehidupan dunia.

Bahkan, isteri Anda pun tak akan pernah sempurna di mata Anda. Maka kata hadist,”Janganlah seorang mukmin mencela seorang mukminah (isterinya) sebab jika dia tidak suka pada salah satu kebiasaannya maka dia bisa menerima kebiasaannya yang lain.”

Adalah sepatutnnya bila kita merapatkan barisan, menyatukan langkah, saling memaafkan dan berdamai kembali, mengambil hal-hal yang mudah kita lakukan, meniggalkan hal-hal yang menyulitkan, menutup mata dari beberapa hal untuk saat-saat tertentu, meluruskan langkah, dan mengesampingkan berbagai hal yang mengganggu.

~sumber: dari buku La Tahzan, Jangan Bersedih (Dr. 'Aidh al-Qarni)~