4.29.2005

Mengapa Doa tidak Dikabulkan?

Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa dan meminta kepada-Nya. Dan Allah SWT juga memastikan bahwa permintaan itu pasti didengar dan dikabulkan.

Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mukmin: 60)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka , bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqarah: 186)

Asalkan tata cara permintaan itu memang memenuhi syarat yang telah ditetapkan. Dan yang terpenting adalah bahwa Allah SWT lebih tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya atas apa yang dimintanya dengan apa yang sebenarnya dibutuhkannya. Dia juga Maha Tahu apa yang lebih bermanfaat bagi hamba-Nya itu atas apa yang sebenarnya kurang bermanfaat untuknya.

Maka bila saat anda berdoa tidak langsung terlaksana, bukan pada tempatnya untuk langsung menvonis Allah SWT tidak mengabulkan, tetapi semua pranata yang ada perlu dicek ulang. Demikian juga dengan materi yang dimintakan, perlu dilihat kembali, dengan mengingat fenomena yang disebutkan di atas.

Orang yang Berdoa Harus Suci

Selain itu juga perlu dicatat tentang kondisi orang yang berdoa. Dia harus orang yang suci lahir batin dari segala macam dosa dan maksiat. Sebab dosa dan maksiat yang masih dilakukan akan menjadi penghalang doa itu untuk dikabulkan Allah SWT. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rasululah SAW dalam haditsnya:

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW bercerita tentang seseorang yang dalam perjalanan panjang lalu memanjatkan tangannya ke langit sambil berdoa mengucap, "Ya Tuhan. ya tuhan". Namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan mengkonsumsi yang haram. Bagaimana doanya bisa dikabulkan? (HR Muslim).

Antara yang Diminta dan yang Diberikan

Ketika kita berdoa dan meminta kepada Allah SWT, tentu kita meminta sesuatu yang menurut pandangan subjektif kita dirasa sangat dibutuhkan. Namun kita pun jangan melupakan bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang tertutup dari mata kita. Bisa jadi Allah SWT sebelumnya akan memberikan musibah kepada kita yang kita tidak sadari, lalu tiba-tiba kita meminta sesuatu yang lain. Maka atas kebijakan-Nya, Dia tidak memberikan apa yang kita minta melainkan membatalkan musibah yang seharusnya Dia timpakan. Dan tentu hal itu jauh lebih bermanfaat buat kita tanpa kita sadari.

Atau boleh jadi ketika Allah SWT mengabulkan doa kita, ternyata pemberiannya bukan akan semakin membuat kita dekat kepada-Nya, justru yang terjadi sebaliknya semakin menjauh. Misalnya seseorang berdoa minta rezqi yang banyak dan terus mengalir. Bukan Allah SWT pelit tidak mau memberi, namun sangat boleh jadi bila harta itu diberikan, kita justru tidak pernah berdoa lagi kepada-Nya, semakin jauh dari-Nya dan semakin lupa kepada-Nya. Maka Allah SWT membiarkan kita miskin agar selalu ingat dan zikir serta meminta kepada-Nya. Hingga sampai batas waktu tertentu barulah Allah SWT mengabulkannya.

Sebagaimana yang diceritakan kepada kita tentang kisah Nabi Zakaria yang rajin berdoa tanpa pernah dikabulkan, kecuali ketika setelah beliau tua renta.

Kaaf Haa Yaa 'Ain Shaad. Ini adalah penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria. Yaitu tatkala ia berdo'a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, namun aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau, wahai Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub. Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai." (QS Maryam: 1-6).

Padahal beliau adalah seorang nabi yang mendapat wahyu, sudah pasti dia adalah makhluk Allah SWT yang paling dekat dengan-Nya, paling bertaqwa dan paling dicintai-Nya. Namun doanya untuk punya anak tetap menggantung selama puluhan tahun tanpa hasil. Tapi beliau tetap asyik dengan doanya tanpa pernah jemu atau bosan. Kalau pun Allah SWT akhirnya mengabulkan doanya, maka baru terjadi pada akhirnya.

Kira-kira dimanakah kedudukan kita dibandingkan dengan nabi Zakaria dalam ketaqwaan, kedekatan, keikhlasan dan keyakinan kepada Allah SWT? Tentu bukan pada tempatnya kalau kita beranggapan bahwa apa yang kita minta harus saat itu juga terwujud di depan hidung kita, bukan?

Wallahu a'lam bish-shawab


~Sumber: dari forum "Ustadz Menjawab", www.eramoslem.com oleh Ust. Ahmad Sarwat, Lc~

No comments: