3.11.2005

Ibuku Hebat

Ibu. Kata yang kurindukan untuk menyebutnya. Ingin rasanya aku dekat lagi dengannya. Ingin ku bermanja dengannya seperti waktu aku masih kecil dulu. Ingin kumenangis lagi agar ia memperhatikan aku. Pernah suatu kali, ia mencubitku sampai meninggalkan tanda hitam di pahaku. Sakitnya bukan main. Jika mengingatnya aku ingin tersenyum sendiri. Tapi kini kusadari dibalik sikap “jengkelnya” masih ada lebih banyak rasa sayangnya.

Kusadari juga betapa tidak mudahnya tugas seorang Ibu. Ku bayangkan setiap hari mesti mengurus rumah tangga mulai urusan dapur, cuci-mencuci, membereskan rumah, melayani suami, dan menjaga anak-anakny hingga tertidur sampai larut malam.

Ku tahu sifat sayangnya begitu besar, terlebih sifat sabarnya. Karena memang mereka diberi karunia sifat yang lembut. Sifat yang unik yang tidak dimiliki lelaki.

Di tangan seorang Ibulah pendidikan seorang anak. Ibu menjadi tempat sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu mengajarkan sifat terpuji, berkata yang benar, berperilaku baik terhadap sesama, rasa sayang, cinta dan kejujuran. Dan Ibu pula berperan dalam pendidikan agama.

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi." (HR. Bukhari).

Alhamdulillah, diriku terlahir dalam keluarga muslim. Bagaimana jadinya jika aku lahir di tengah keluarga non muslim. Belum tentu aku mendapat hidayah-Nya untuk merasakan nikmatnya Islam dan Iman.

Ingin rasanya aku membalas jasa kedua orang tuaku. Ah, tapi tak mungkin. Jasa mereka tak terbalaskan. Aku hanya bisa berdoa untuk mereka. "Ya Allah ampuni dosa kedua orang tuaku. Sayangilah mereka seperti mereka mengasihi aku waktu kecil".

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia. Dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan perkataan "ah", dan janganlah kamu membentak mereka. Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (QS. Al-Isra: 23).

Dari Abu Hurairah, dia berkata, telah datang kepada Rasulullah saw, seorang laki-laki lalu bertanya:, "Wahai Rasulullah, siapakah yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ibumu" dia bertanya lagi, "Kemudian siapa?" Beliau menjawab, "Ayahmu". (HR Muslim)

Bunda, aku rindu dirimu, senyummu adalah surga.